Daftar Blog Saya

Jumat, 25 September 2015

SKEMA AGIL TALCOTT PARSONS



SKEMA AGIL TALCOTT PARSONS


 








Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Filsafat Ilmu



OLEH

SYAMSUL ARIF


Dosen Pengampu
Dr. Rustina, M.Pd






PASCASARJANA (S2)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU

2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan perilaku. seiring dengan perkembangan tersebut maka sangatlah dimungkinkan pertemuan berbagai budaya yang memberikan pengaruh yang dahsyat bagi perkembangan budaya global. Sistem Budaya, sistem budaya unit analisis yang paling dasar adalah tentang “arti” atau sistem “simbol”.
Sistem budaya dalam teori Parsons menggunakan “arti atau sistem simbol” sebagai unit analisis yang paling dasar. Beberapa contoh dari sistem- sistem simbolik adalah kepercayaan religius, bahasa, dan nilai-nilai.[1] Menurut Parsons sosialisasi terjadi ketika nilai-nilai yang dihayati bersama dalam masyarakat diinternalisasikan oleh anggota masyarakat tersebut, sehingga semua anggota masyarakat membuat nilai-nilai masyarakat menjadi nilai mereka sendiri. Sosialisasi mempunyai kekuatan integratif yang sangat tinggi dalam mempertahankan control sosial dan keutuhan masyarakat.[2]
Namun sekarang ini biasa kita lihat banyaknya bermunculan masalah-masalah social yang melanda masyarakat di berbagai lapisan. Permasalahan-permasalah tersebut memerlukan solusi untuk dipecahkan. Agar tidak terjadi kesenjangan, perpecahan, bahkan diskriminasi yang melunturkan jati diri bangsa dan budaya akibat alkulturasi budaya. Situasi yang kondusif sangat diperlukan bagi masyarakat.
Di sinilah diperlukan kepekaan budaya seorang pendidik untuk dapat mengantar anak didik dalam proses pembentukan jati diri. Bagaimana menjadi seorang Indonesia yang mampu mengambil keputusan dari berbagai pilihan dalam hidup serta diharapkan dapat memberikan arah bagi perwujudan bersosialisasi di masyarakat dengan penerapan sosiologi sebagai ilmu bermasyarakat. Dan disinilah perana kajian mata kuliah Sosio Antropologi dengan materi “ Teori-teori Sosiologi dan Pengembangannya” perlu untuk dikaji dan dipahami lebih dalam.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apakah skema AGIL Talcott Parsons?
2.      Bagaimana dimensi pendidikan keluarga dalam teori AGIL?
C.  Tujuan
Tujuan dari penulisan ini yaitu selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dan juga untuk menjawab pertanyaan sebagaimana yang terdapat dalam rumusan masalah. Penulis juga berharap dengan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita terutama pengetahuan tentang ilmu sosiologi dan pendidikan.



BAB II
PEMBAHSAN
A.  Skema AGIL Talcott Parsons
1.      Sekilas tentang Talcott Parsons
Talcott Parsons lahir pada tahun 1902 di colorado springs, colorado. Parsons lahir dalam sebuah keluarga yang memiliki latar belakang yang saleh dan intelek. Ayahnya adalah seorang pendeta kongregasional, yang juga seorang profesor dan presiden dari sebuah kampus kecil.[3] Parsons mendapat gelar sarjana dari Amherst College pada tahun 1924 dan kemudian melanjutkan kuliah pascasarjana di London School of Economics. Di tahun berikutnya Dia pindah ke Heidelberg, jerman. Max weber menghabisakan sebagian karirnya di heidelberg, dan meski Dia telah wafat lima tahun sebelum kedatangan Parsons, Weber tetap meninggalkan pengaruh yang mendalam di kampus itu, Istrinya masih terus meneruskan pertemuan – pertemuan di rumahnya , yang juga diikuti oleh parsons. Parsons sangat dipengaruhi oleh pemikiran – pemikiran Weber, dan sebagian disertasi doktoralnya pun di Heidelberg membahas karya Weber.[4]
2.      Pengertian
Perkembangan teori Parsons dari teori tindakan sosial kearah sistem sosial merupakan pemikiran dalam rangka membangun untuk penyempurnaan teori. Perubahan kearah sistem sosial pada dasarnya masih didasarkan pada teori tindakan sosial dengan penambahan banyak idea, walaupun ada beberapa perbedaan penekanan dan mungkin juga ada sedikit ketidak konsistenan, namun tetap pada suatu kontinuitas yang cukup tinggi.[5]
Paradigma AGIL adalah salah satu teori Sosiologi yang dikemukakan oleh ahli sosiologi Amerika, Talcott Parsons pada sekitar tahun 1950. Teori ini adalah lukisan abstraksiyang sistematis mengenai keperluan sosial (kebutuhan fungsional) tertentu, yang mana setiap masyarakat harus memeliharanya untuk memungkinkan pemeliharaan kehidupan sosial yang stabil. Teori AGIL adalah sebagian teori sosial yang dipaparkan oleh Parson mengenai struktur fungsional, diuraikan dalam bukunya The Social System, yangbertujuan untuk membuat persatuan pada keseluruhan system sosial. Teori Parsons danParadigma AGIL sebagai elemen utamanya mendominasi teori sosiologi dari tahun 1950 hingga 1970.[6]
Pokok pikiran Parsons dalam perkembangan pada tahun 1950 dalam bukunya “The Sosial System” yang diterbitkan tahun 1951 tentang konsep AGIL merupakan pengembangan teori fungsionalisme structural dengan mengemukakan empat prasyarat mutlak yang harus dicukupi oleh setiap masyarakat, kelompok atau organisasi.[7] Bila tidak ada, maka system social tersebut tidak akan dapat bertahan dan harus berakhir. Tiap-tiap sistem sosial mulai dari negara besar, sampai keluarga batin (nuclear family) menghadapi empat masalah yang perlu ditanggulangi agar tidak lenyap[8]. Fungsi dari keempat persyaratan Parsons diartikan sebagai suatu kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari suatu system[9]. Keempat persyaratan fungsional tersebut adalah sebagai berikut:
a.            Adaptasi (Adaptation), yakni supaya masyarakat dapat bertahan mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mungubah lingkungan agar dapat sesuai dengan lingkungan dan mengubah lingkungan agar dapat sesuai dengan masyarakat. Adaptasi menunjuk pada keharusan bagi system-sistem social untuk menghadapi lingkungannya.[10]
b.           Tujuan (Goal), yakni merupakan sebuah sistem harus mampu menentukan tujuan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota dalam sistem sosial.
c.            Integrasi (Integration), yakni masyarakat harus mengatur hubungan diantara komponen-komponennya agar dapat berfungsi secara maksimal. Sosialisasi mempunyai kekutan integratif yang sangat tinggi dalam mempertahankan kontrol sosial dan keutuhan keluarga. Integrasi menunjuk pada persyaratan untuk suatu tingkat solidaritas minimal sehingga para anggotanya akan bersedia untuk bekerja sama dan menghindari konflik yang merusakkan.
d.           Latensy atau pemilihan pola-pola yang sudah ada (pattern maintance), yakni bahwasanya setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, baik motivasi individu maupun pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasinya. Latensi menunjuk pada kebutuhan mempertahankan nilai-nilai dasar serta norma-norma yang dianut bersama oleh para anggota dalam masyarakat[11]

Dalam biologi yang diadaptasi oleh Parsons, system organisasi dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi, yaitu fungsi penyesuaian diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan agar dapat sesuai dengan kebutuhan individu.[12] Kepribadian sebagai subsistem dalam system tindakan melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan segala sumber daya untuk mencapai tujuannya. Sistem sosial yang merupakan subsistem tindakan berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat tersebut. Sedangkan system budaya sebagai subsistem tindakan mempunyai kaitan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur yang ada dengan menyiapkan norma dan nilai-nilai yang memotivasi individu dalam melakukan suatu tindakan.[13]

B.  Aplikasi teori AGIL dalam Pendidikan
Perkembangan teori Parsons dari teori tindakan sosial kearah sistem sosial merupakan pemikiran dalam rangka membangun untuk penyempurnaan teori. Perubahan kearah sistem sosial pada dasarnya masih didasarkan pada teori tindakan sosial dengan penambahan banyak idea, walaupun ada beberapa perbedaan penekanan dan mungkin juga ada sedikit ketidak konsistenan, namun tetap pada suatu kontinuitas yang cukup tinggi.
Skema AGIL memaparkan empat asas yang harus ada didalam suatu system social agar terciptanya keseimbangan diantara komponen-komponennya. Fungsi dari keempat persyaratan Parsons diartikan sebagai suatu kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari suatu system.
Bertolak dari teori/skema AGIL Tallcot Parsons kaitannya dengan pendidikan keluarga dan masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Adaptasi (Adaptation)
Mengenai proses adaptasi ini, sedikit banyak pemikiran Parsons dipengaruhi pemikiran evolusi dalam tatanan social, baik dari Auguste Comte maupun evolusi biologi yang dipelajari langsung dari teori-teori Charles Darwin. Yakni supaya masyarakat dapat bertahan mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mungubah lingkungan agar dapat sesuai dengan lingkungan dan mengubah lingkungan agar dapat sesuai dengan masyarakat. Adaptasi menunjuk pada keharusan bagi system-sistem social untuk menghadapi lingkungannya.[14]
Masyarakat sebagai produk dari keluarga-keluarga yang menempati suatu wilayah tertentu mengharuskan untuk beradaptasi, belajar menyesuaikan terhadap lingkungannya. Sebagai contoh tentang urbanisasi, dimana keluarga dari desa yang pindah kekota. Agar mereka tetap hidup dengan kerasnya kehidupan dikota mereka harus belajar kembali tentang bagaimana hidup dilingkungan yang baru, menyesuaikan pola hidup dengan lingkungan tempat tinggal mereka dikota. Jika keluaarga ini tidak mampu menyesuaikan diri maka mereka akan tereliminasi dari kota tersebut.

2.    Tujuan (Goal)
Yakni merupakan sebuah sistem harus mampu menentukan tujuan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota dalam sistem sosial. Sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya . Artinya , sistem diharuskan untuk mengerucutkan pemikiran individu agar dapat membentuk kepribadian individu dalam mencapai tujuan dari sistem itu sendiri. Contohnya , orang yang ada dalam sistem pendidikan akan mengarahkan dirinya untuk suatu tujuan , antara lain , guru akan membimbing muridnya menuju kelulusan dengan nilai memuaskan , dan seorang murid akan mengarahkan dirinya untuk menuju kelulusan dengan kepatuhan , maupun kerajinan dalam dirinya.
Kembali pada cita-cita sebuah keluarga dari desa yang pindah kekota, mereka tentu memiliki tujuan dan maksud tertentu mengapa mereka pindah kekota. Setelah sampai dkota dan beradaptasi serta belajar denagn system kehidupan social dikota keluarga tersebut dengan cita-citanya dari desa mencoba menemukan cara untuk mewujudkan cita-cita dan harapan mereka, setelah melihat fakta yang ada pada masyarakat kota. Tentu saat didesa mereka takpernah membayangkan bagaimana harus mewujudkan cita-cita mereka dikota. Maka penting untuk memiliki sebuah tujuan didalam masyarakat/keluarga sebagai motivasi untuk selalu maju mengapai tujuan. Karena jika tidak memiliki sebuah tujuan dan cita-cita maka system didalam masyarakat/keluarga akan mandek dan pasti mengalami stagnanisasi.
3.    Integrasi (Integration)
Yakni masyarakat harus mengatur hubungan diantara komponen-komponennya agar dapat berfungsi secara maksimal. Sosialisasi mempunyai kekutan integratif yang sangat tinggi dalam mempertahankan kontrol sosial dan keutuhan keluarga. Integrasi menunjuk pada persyaratan untuk suatu tingkat solidaritas minimal sehingga para anggotanya akan bersedia untuk bekerja sama dan menghindari konflik yang merusakkan.[15]
Hubungan antara adaptasi dan tujuan harus menjadi prioritas sebuah masrakat atau keluarga sebagai bagian penyusun masyarakat itu sendiri. Hubungan-hubungan itu dapat dijelaskan dari tingkah laku/tindakan para anggota masyrakat. Contoh dari sistem tindakan Parsons adalah Pancasila yang ada di negara Indonesia akan mendorong segenap warga untuk melaksanakan semua yang ada di dalamnya , antara lain menghargai keberagaman agama yang ada di Indonesia , menjunjng hak-hak asasi manusia dengan keadilan , menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa , masyarakat akan mengadakan musyarwarah apabila ada sesuatu yang harus disetujui agar mencapai mufakat , dan selalu menghargai semua yang ada dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Menjaga kepentingan masyarakat lainya adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh anggota masyarakat agar tidak terjadi konflik didalamnya
4.    Latensy
Pada akhirnya didalam masyarakat itu harus ada Latensi atau pemilihan pola-pola yang sudah ada (pattern maintance), yakni bahwasanya setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, baik motivasi individu maupun pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasinya. Latensi menunjuk pada kebutuhan mempertahankan nilai-nilai dasar serta norma-norma yang dianut bersama oleh para anggota dalam masyarakat.
Dalam biologi yang diadaptasi oleh Parsons, system organisasi dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi, yaitu fungsi penyesuaian diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan agar dapat sesuai dengan kebutuhan individu. Kepribadian sebagai subsistem dalam system tindakan melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan segala sumber daya untuk mencapai tujuannya. Sistem sosial yang merupakan subsistem tindakan berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat tersebut. Sedangkan system budaya sebagai subsistem tindakan mempunyai kaitan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur yang ada dengan menyiapkan norma dan nilai-nilai yang memotivasi individu dalam melakukan suatu tindakan.[16]
Setelah melihat dan mengkaji skema AGIL Didalam pendidkan sendiri dapat diterapkan hal ini. Sebenarnya upaya yang lebih luas telah dilakukan oleh para pemikir pendidikan didunia, bagaimana caranya agar pendidikan nilai-nilai pendidikan itu dapat cepat diterima dan diserap oleh peserta didik. Agar pendidikan itu efektif dan efisien, tepat guna dan tepat sasaran maka terciptalah pendidikan multi cultur. Melihat fungsi dan tujuan pendidikan multicultur maka jelaslah pendidikan semacam itu diharapkan menjadikan adaptasi pendidikan terhadap keberadaan budaya dimana pendiidkan itu tumbuh dan berkembang.[17] Logikanya lulusan dari sebuah perguruan tinggi/sekolah harus bermanfaat kepada lingkungan sekitar. Jika lulusan iotu tidak bermanfaat dilingkungannya maka bisa dianggap tujuan pendidikan yang dicanangkan sebuah instansi pendidikan gagal.
Kembali  pada pendidikan keluarga dan masyarakat. Pendidikan didalam keluarga harus menyesuaikan denagn kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal, dimana setiap individu pasti terpengaruhi oleh lingkungan sekitar, baik pengaruh positive maupun negative. Keluarga merupakan unsure pendidikan yang paling vital dimana hampir 70% kegiatan manusia (anak) dihabiskan dalam lingkungan keluarga baik secar langsung (didalam rumah) maupun tidak langsung (pengawasan oleh keluarga terhadap kegiatan anak). Adaptasi yang diperlukan terutama masalh etika dan nilai/norma masyarakat yang berlaku.
Dimana bumi dipijak disitu pula langit dijunjung. Begitu kata pepatah zaman dahulu. Artinya penyesuain keluarga terhadap lingkungan diperlukan untuk bertahan/mempertahankan esensi dan eksistensi keluarga.
Penanaman etika yang baik dibutuhkan oleh keluaga yang hidup dilingkungan rawan criminal dan kehidupan bebas. Dimana lingkungan tersebut bisa saja mempengaruhi Setiap anggota keluarga. Agar adaptasi itu berjalan dengan baik dan benar harus ada konsistensi dari para anggota keluarga untuk menjalankan tujuan yang telah ditetapkan oleh keluarga tersebut. Yaitu harus, mempertahankan, memperbaiki, dengan patuh pada aturan-aturan sebagai jalan tercapainya tujuan.
Apa yang bisa dilakukan dikeluarga seyogyanya dapat pula diterapkan pada masyarakat. Ini dikarenakan keluarga adalah komponen utama penyusun masyarakat itu sendiri. Empat asas AGIL yang harus diterepkan demi kestabilan kondisi masyarakat mutlak harus dilakukan. Namun dalam porsi masyarakat jangkaunnya lebih luas dari yang ada di keluarga, dan masalah yang timbul lebih banyak dan bervariasi.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembahasan teori fungsionalisme structural Parson diawali dengan empat skema penting mengenai fungsi untuk semua system tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skema AGIL. Sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu fungsi yang sedang dibicarakan disini, fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan system.
Menurut parson ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua system social, meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G), integrasi (I), dan Latensi (L). empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua system agar tetap bertahan (survive)
Adaptation : fungsi yang amat penting disini system harus dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan system harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga dapat menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.
Goal attainment ; pencapainan tujuan sangat penting, dimana system harus bisa mendifinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
Integrastion : artinya sebuah system harus mampu mengatur dan menjaga antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGIL).
Latency :laten berarti system harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola, sebuah system harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan cultural.
Didalam pendidikan keluarga dan masyarakat empat fungsional ini dapat diterpkan agar terciptanya kehidupan social yang stabil. Dimulai dari keluarga, soerang suami/ayah adalah actor disemua sisi tindakan yang diambil/ditentukan oleh keluarga. Semua bisa berjalan stabil jika setiap anggota keluarga mampu untuk beradaptasi, mempunyai tujuan bersama yang dijaga dan dijunjung tinggi setiap anggota keluarga sebagai cita-cita bersama. Dan semua ini bisa diterapkan juga didalam keluaarga.
B.  Saran
Sebagai mahluk social Setiap orang tentu mengharapkan kedamaina, ketentraman dan kestabilan dalam hidup. Teori AGIL dapat menjadi solusi dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat. Setelah mebahas teori tersebut bukan harapan jauh jika MEMANUSIAKAN MANUSIA sebagai tujuan dari pendidikan itu dapat tercapai dengan mudah jika menggunakan teori ini sebagai landasan berpikir dan bertindak dalam kehidupan social-education.
DAFTAR PUSTAKA
Dahrendorf, Ralf. Konflik dan Konflik Dalam Masyarakat Industri, Sebuah Analisis Kritik. Jakarta: CV Rajawali 1986.

M.Z. Irving. Memahami Kembali Sosiologi.Yogyakarta: Gadjah mada University Press, 2002

M.P. Margaret. .Sosiologi Kontemporer..Jakarta: Rajawali Pers, 1987

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali pers, 1992

 Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:. Kencana Prenada Media Group. 2007.

Sanderson, Stephen. Sosiologi Makro. Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2000.

Soekanto, Sorjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media, 2004

Tilaar, H.A.R, Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: PT Grasindo, 2004




[1]Margaret.M.P.Sosiologi Kontemporer..(Jakarta: Rajawali Pers, 1987) h. 51

[2]George Ritzer, dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007) h. 142
[3]George Ritzer, dan Douglas J Goodman, Ibid. h. 20

[4]Piotr Sztompka,  Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 34-35
[5]Sanderson, Stephen. Sosiologi Makro. (Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2000) h. 137

[6]George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: Rajawali pers, 1992) h. 77

[7]George Ritzer. Ibid h. 82
[8]Irving M.Z. Memahami Kembali Sosiologi.(Yogyakarta: Gadjah mada University Press, 2002)
[9]George Ritzer. Ibid h. 84

[10]George Ritzer. Ibid h. 102

[11]George Ritzer. Ibid h. 102-105
[12]George Ritzer, dan Douglas J Goodman. Ibid. h. 207

[13]Sorjono Soekanto,. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers, 2001) h. 30
[14]George Ritzer. Ibid h. 185
[15]Ralf.  Dahrendorf. Konflik dan Konflik Dalam Masyarakat Industri, Sebuah Analisis Kritik. (Jakarta: CV Rajawali, 1986) h. 26
[16]H.A.R, Tilaar, Multikulturalisme Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT Grasindo, 2004) h. 367
[17]H.A.R, Tilaar, Ibid, h. 221

Tidak ada komentar: